0

stop to care!

Weew...judulnya, caddaass!!!...
huft, puasa-puasa di uji nih emosinya, I'm on Angry!!!. bukan big Angry tapi, tapi lebih ke arah 'kecewa berat'. uhm...astaghfirullaah.

betapa susahnya mewujudkan keluhuran dari sebuah sikap. tapi memang harus terus berlandaskan keluhuran. bukan, bukan untuk di lihat trus di puji, bukan!, tapi untuk diri kita sendiri benar-benar faham dan ngerti, yang kita lakukan ini baik dan tidak salah. karena, kan sudut pandang orang beda-beda, buat apa capek-capek melakukan sesuatu tapi hanya untuk di pandang 'kita ini orang baik', yang di dapat cuma 'capeknya', mungkin juga dapat rasa puas, tapi semu, saat orang ga memandang, uuhmm gigit jari deh. naudzubillaah... :(

bukan untuk ikut campur dalam urusan orang lain, bukan untuk ngerasa paling tau dan ngerti makna keluhuran, bukan maksud ga kasih ruang atau waktu untuk orang lain berproses, bukan. bukan. ingat lagi, bukan!!!. uhffft... lagi-lagi I have to back dengan keluhuran kenapa aku menegur seseorang, kenapa aku mengingatkan, kenapa aku perduli, kenapa aku takut kalau kesalahan yang sama akan terulang untuk kedua kalinya, why?, kenapa aku begitu 'care' terhadap satu masalah itu?, karena yang ku pandang adalah bukan 'rasa' tapi 'sikap' atau 'cara'. and I believe aku sedang berjalan dengan keluhuran. please, hear me. karena aku ga mau kesalahan yang sama terulang lagi, please.

Aku ngerasa ada yang belum cukup untuk di percaya berjalan sendiri, aku juga ngerasa -jangan, ini jangan karena aku- tapi memang untuk satu keteraturan yang luhur, ooh, begitu kalutnya kah mata manusia sampai-sampai menemui keluhuran saja hampir tak tergapai, terlena oleh bongkahan emas yang ternyata itu adalah pecahan kaca?, please hear me. uhfft...

bukan.bukan.bukan.
bukan aku merasa paling 'care' dan 'bisa'.
bukan.
I'm on learning too. aku cuma mau kesalahan yang lalu ga terulang, itu aja. it's sick.
I feel so disapointed, I really disapointed. please hear me. aku melakukan ini karena mengerti sebuah 'jalan' yang memang sudah ku kenal dan ku hadapi hari-hari. sering aku bergelut dengannya walupun aku pernah merasa seperti masuk ke benang kusut dan susah keluar. hey, I'm on learning too. please hear me.

atau,,,
yang aku pilih adalah keluar dari rumitnya benang itu dan meninggalkannya di tepi 'sesuatu' yang di kira emas, atau mungkin emas sesungguhnya?atau apa?. entahlah.
mungkin lebih baik ku enyah dan berhenti untuk merasa bahwa sudahkah benang itu tertata rapi dan tak kusut lagi, ataukah haruskah aku tak perduli saat ku tau ternyata emas itu menampakkan dirinya yang sesungguhnya, dan melukai tangan si pemegangnya?, haruskah?.
haruskah aku berhenti dari rasa 'dendam' ??, dan mengindahkan semuanya, mengikuti alurnya, menerima apa adanya, ikut bahagia saat itu benar-benar emas dan ikut sedih saat si pemegang meratap?, ah manusia macam apa aku ini?,

atau benarkah niat dan caraku ini sudah luhur?
jika belum, better I choose...
to stop to care!




0 menurut yang baca...:

Back to Top