0

bicara lah, sayang.

mata Hudzaifa sembab, anak kecil berusia 6 tahun itu masih terisak-isak. langkahnya gontai memasuki pintu rumah yang sedari tadi sudah terbuka, bunda sedang di dapur mempersiapkan makan siang untuk ayah, dapur seperti kapal pecah, kulit bawang di sana-sini, cucian kotor mengantri dengan manis di atas westafle.
ayah asyik membaca koran sambil sesedikit melirik televisi acara infotainment teman ibu memasak. Hudzaifa tak mengucap salam, ayah menangkap bayangan putra semata wayangnya muncul. "eeeh, anak ayah udah pulang..." ayah menutup korannya lalu menghampiri Hudza "eeh..loh, kok nangis??"lanjut ayah lagi dengan mimik yang menyetarakan tubuhnya dengan anaknya yang bermata bulat itu.
Hudza diam saja, air matanya masih menggantung di pelupuk matanya yang sembab.
"berantem yah.." ayah langsung mengangkat Hudza ke ruang tengah dan medudukannya di kursi kecil.
Hudza diam saja, ia menggeleng sedikit.
"ayah ga suka kalau hudza berkelahi..berkelahi itu bukan jagoan" ayah duduk di lantai tepat di depan hudza.
Hudza diam saja. di dapur, bunda peka terhadap suara ayah yang lamat-lamat terdengar dari ruang tengah.
"yah...Hudza dah pulang ya??" ibu membalik-balik ikan goreng yang sudah kecoklatan disalah satu sisinya.
"iya.." ayah sengaja tak menyampaikan keadaan Hudza.
Ayah dan bunda tau benar, putra semata wayang mereka itu tertutup.
"Loh, kenapa Nak??" bunda langsung ke ruang tengah sehabis menaruh ikan goreng dan masakan lainnya di atas meja makan.
Hudza menggeleng lagi..
"Ya Udah bun, kita makan aja, yuk Hudza, ayah mau balik ke kantor lagi niih.." kata ayah lalu berlalu ke meja makan.
Hudza sesenggukan sambil melangkah membuntut ayah ke meja makan.
bunda hanya mengamatinya dari belakang..

Waktu menunjukkan jam 3 Sore, Hudza baru saja terbangun dari tidur siangnya..
"Bunda..." Hudza menyibak horden kamarnya dan mendelik-delik keluar mencari bunda.
ternyata bunda sedang terlelap di ruang tengah..langkah hudza membangunkan bunda.
"Eeeh..anak bunda udah bangun.." bunda langsung membangunkan badan dan merangkul Hudza.
Mata Hudza masih bengkak..karena nangis sehabis sekolah di tambah bangun tidur..
"Oia, tadi Hudza pulang sekolah kenapa nangis???"
Hudza menggeleng.
"Hayoo kenapa??"
"engga.." Hudza menepis tangan bunda lalu duduk agak jauh.
Bunda mendekat..
"Nak, Bunda ingin tau Hudza kenapa??"
Hudza diam saja..
Hudza selalu begitu, dia memang anak yang tertutup.

Di dalam hati bunda..
Doa untuk buah hati bermata bulatnya itu selalu ada, niatnya, semoga suatu hari nanti,,Hudza bisa menjadi anak yang mudah berkomunikasi dan mudah menceritakan apaaa saja yang ada di dalam hatinya.
Hudza, bunda akan berusaha.

0 menurut yang baca...:

Back to Top